Kegiatan Laboratorium Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Minat Belajar Fisika
Penelitian tindakan kelas (PTK) sebagai upaya mengatasi masalah yang dihadapi oleh siswa dan guru fisika SMP Negeri 38 Semarang . Nilai rata-rata ulangan harian materi fisika 5,21 dengan ketuntasan klasikalPENDAHULUAN60%, nilai KKM yang ditetapkan 65,00 dengan ketuntasan klasikal
85%. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh kegiatan belajar laboratorium berbasis inkuiri terhadap minat, keaktifan dan hasil belajar siswa. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan selama III silkus. Instrumen penilaian ketiga aspek dilakukan melalui angket, lembar observasi, dan tes objektif. Hasil kegiatan laboratorium berbasis inkuiri mempengaruhi minat belajar, psikomotorik dan kognitif siswa. Minat belajar fisika sebelum dilakukan penelitian rata-rata 49,44 ketuntasan klasikal 10%. Setelah dilaksanakan penelitian nilai rata-rata 64,03 dengan ketuntasan klasikal 51%. Pada siklus II nilai rata-rata 69,49 ketuntasan 82% dan siklus III nilai rata-rata 77,85 ketuntasan 95%. Hasil belajar psikomotorik siswa siklus I rata-rata 6,12, ketuntasan 28%, siklus II rata-rata 6,86 ketuntasan 64% dan siklus III mencapai 7,74, dengan etuntasan klasikal 95%. Hasil belajar kognitif pada siklus I rata-rata 5,85 dengan ketuntasan klasikal 51,82%, pada siklus II nilai rata-rata 6,55 dengan ketuntasan klasikal 82,05% dan pada siklus III nilai rata-rata 7,03 ketuntasan klasikal 92,30%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri, berkorelasi positif terhadap peningkatan minat, ketrampilan, dan hasil belajar fisika.
Pelajaran fisika dapat mengembangkan berpikir analitis secara deduktif dan induktif . Pengetahuan siswa tidak berakhir pada hafalan dan pemahaman materi saja melainkan bagaimana proses kejadian hingga ditemukan sebuah teori atau pernyataan tertentu, landasan pemahaman ini dikenal dengan pendekatan konstruktifisme [1]. Siswa perlu diarahkan pada penguasaan ketrampilan untuk melakukan percobaan di laboratorium. Kegiatan laboratorium akan memberdayakan potensi siswa diantaranya adalah meningkatkan minat, bakat dan pengalaman yang lebih menarik [4]. Kegiatan laboratorium dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep materi pelajaran [9]. Kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan siswa dalam mengembangkan sikap afektif dan psikmotor, serta dapat menumbuhkan minat belajar siswa [2]. Kegiatan laboratorium memberikan manfaat besar bagi hasil belajar sains siswa baik segi afektif, psikomotor, dan kognitif [4]. Penguasaan pelajaran fisika tidak optimal jika dilakukan dengan model ceramah dan pengerjaan LKS tanpa diiringi ketrampilan [5]. Mempelajari fisika dilakukan dengan berbagai cara misalnya pengamatan
gejala alam, melakukan pengukuran, membuat hipotesis, disukusi kelompok, dan melakukan percobaan [6]. Kegiatan laboratorium memberikan pengalaman lebih pada siswa juga mengaktifkan fungsi laboratorium serta dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap fisika [2].
Penelitian memfasilitasi siswa untuk melakukan pengalaman sendiri [7]. Selama proses percobaan terjadi proses ketrampilan ilmiah seperti, ketrampilan merangkai alat, ketekunan bekerja, kejujuran, keberanian berpendapat secara ilmiah, dan bekerja sama[5]. Kegiatan laboratorium mengaktualisasikan potensi perhatian, minat, pikiran, emosi, dan motivasi siswa dan akan mengubah diri mereka dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik [7].
Proses inkuiri bermula dari sesuatu perhatian yang menarik minat dan seterusnya menimbulkan pertanyaan. Sifat ingin tahu seterusnya merangsang tindakan supaya terus membuat perhatian, pertanyaan, penjelasan, pengukuran, presepsi, hipotesis dan konsep awal.
Proses yang digunakan dalam rangka menemukan penyelesaian, fakta, konsep atau prinsip adalah inkuiri. Hasil yang diperoleh dari proses ini disebut penemuan (Discovery) yakni penemuan yang ditanamkan pada ingatan siswa [8].
Bagaimana pengaruh dari penerapan kagiatan laboratorium berbasis inkuiri terhadap minat, ketrampilan, dan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Alat Optik bagi siswa kelas VIII SMP Negeri 38 Semarang. Masalah ini dirinci dalam beberapa pertanyaan. Pertama apakah kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat meningkatkan minat belajar sains fisika?. Kedua apakah kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat meningkatkan kemampuan psikomotorik siswa?. Ketiga apakah kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat meningkatkan kognitif (pemahaman) siswa?
METODE
Jenis metode penelitian yang dilakukan ialah quasi-eksperimen dengan menggunakan data preetes – posttes only control group design. Pendekatan yang digunakan ialah PTK, dengan populasi penelitian adalah siswa SMP Negeri 38 Semarang, waktu peleksanaan pada bulan Mei - Juli 2007. Subyek penelitian siswa kelas VIIIB semester 2 berjumlah 39 anak. Teknik pengumpulan data yang digunakan ialah observasi, angket dan tes. Teknik analisis data menggunakan Independent Sample T-test pada SPSS 16 untuk menguji pengaruh kegiatan laboratorium berbasis inkuiri terhadap ketuntasan hasil belajar kognitif dan psikomotor siswa. Kriteria pengujian yang digunakan ialah: (1) Jika t (signifikasi) > 5% maka hipotesis nihil (Ho) diterima dan hipotesis alternatif ditolak (Ha) ditolak; (2) jika t (signifikasi) < 5% maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima [11]. Berada pada daerah penolakan Ho, maka kegiatan pembelajaran mampu mengantarkan siswa mencapai ketuntasan belajar. Tahapan penelitian dilakukan dengan melalui empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, seperti juga dilakukan oleh peneliti sebelumnya [6].
- Perencanaan
Tahap ini di awali dengan melakukan observasi mengidentifikasi masalah yang berasal dari guru dilakukan dengan wawancara tentang metode pembelajaran yang biasa digunakan. masalah siswa didapat dari nilai mata pelajaran fisika. Kemudian menyusunan perangkat pembelajaran seperti silabus dan sistem penilaian, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), Panduan Guru (PG), Lembaran Kerja Siswa (LKS) [3]. Kemudian menyiapkan media pembelajaran berupa alat peraga sederhana yang sesuai dengan materi pelajaran, menyusun kisi-kisi angket dan tes objektif, peralatan praktikum sederhana, mengujicoba instrumen dan melakukan penyebaran angket. - Tindakan Pada tahap ini peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan sekenario yang telah direncanakan yaitu kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dengan memanfaatkan alat peraga sains fisika materi alat optik.
- Observasi Kegiatan yang dilakukan pada setiap tatap muka. Guru melakukan pengamatan pada proses kegiatan belajar siswa, dan menilainya pada lembar observasi psikomotorik siswa. Kegiatan ini dilakukan selama proses belajar mengajar.
- Refleksi
Semua data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan barupa hasil observasi, hasil angket, dan hasil tes objektif dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi untuk mengetahui dampak tindakan yang telah dilakukan pada silkus pertama. Hasil refleksi ini sebagai acuan untuk memperbaiki kinerja guru dan melakukan perbaikan bahan kajian, seperti LKS atau sarana yang lainnya. Revisi dilakukan jika diperlukan guna memperbaiki kegiatan siklus berikutnya. Ketiga penilaian dilakukan dalam setiap siklus, melalui instrumen penilaian angket, observasi , dan data hasilKetiga penilaian dilakukan dalam setiap siklus, melalui instrumen penilaian angket, observasi , dan data hasil tes objektif. Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian maka dalam metode penelitian ini digambarkan alur penelitian seperti ditunjukan pada Tabel 1.
- Angket Angket dalam penelitian ini merupakan tanggapan siswa terhadap kegiatan laboratorium berbasis inkuiri. Diberikan sebelum dilakukan kegiatan laboratorium (pra-siklus) dan pada setiap akhir siklus. Angket ini dianalisis mengetahui bagaimana tanggapan siswa pada kegiatan laboratorium berbasis inkuiri seperti yang dilakukan pada penelitian [9].
- Lembar observasi Lembar pengamatan atau observasi digunakan untuk mengamati sikap beberapa sikap ilmiah siswa selama pelaksanaan kegiatan laboratorium. Pengisian kolom observasi diisi oleh guru, dan dilakukan selama proses belajar dalam setiap tatap muka. Hasil penilaian lembar observasi ini merupakan nilai psikomotorik siswa. Lembar observasi ini dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan sikap ilmiah siswa dalam setiap siklus pembelajaran.
- Tes Objektif Tes objektif ini digunakan untuk mengetahui pemahaman konsep pada materi sains yang diajarkan dan merupakan prestasi belajar kognitif siswa yang diambil pada setiap akhir siklus. Tes objektif ini dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui perubahan atau peningkatan hasil belajar kognitif tiap akhir siklus pembelajaran.
HASIL
![]()
![]()
Setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi Sains Fisika pokok bahasan Alat Optik, diperoleh data sebagai berikut :
Siklus IPada siklus pertama diperoleh Tabel 2 merupakan tabel gabungan antara nilai rata-rata hasil belajar dari tiap aspek (minat, psikomotorik, dan kognitif). Nilai rata-rata minat siswa adalah 6,40 dengan ketuntasan klasikal 51,00%, hal ini menunjukkan secara umum siswa belum mencapai ketuntasan belajar pada segi afektip. Nilai rata-rata psikomotorik siswa adalah 6,12 dengan ketuntasan klasikal 56,00%, hal ini menunjukan secara umum siswa belum mencapai ketuntasan belajar pada segi psikomotorik. Nilai rata-rata kognitif adalah 5,68 dengan ketuntasan klasikal 51.58%, hal ini menunjukkan siswa belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal pada segi kognitif.
Siklus II.
Diperoleh nilai rata-rata hasil belajar dari tiap aspek (afektif, psikomotorik, dan kognitif). Nilai rata-rata nya adalah 6,95 dengan ketuntasan klasikal 82,00%, hal ini menunjukkan secara umum siswa telah mencapai ketuntasan belajar pada segi afektif. Nilai rata-rata psikomotorik siswa adalah 6.86, hal ini menunjukan secara umum siswa telah mencapai ketuntasan belajar pada segi psikomotorik karena nilai rata-rata 6,50 ada peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II, namun ketuntasan klasikal mencapai 82,00%. Nilai rata-rata kognitif adalah 6,55, hal ini menunjukan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar. Terjadi peningkatan yang signifikan dari siklus I ke siklus II, namun ketuntasan klasikal hanya mencapai 82,51%.
Siklus III
Pada siklus ketiga diperoleh nilai rata-rata hasil belajar dari tiap aspek (afektif, psikomotorik, dan kognitif). Nilai rata-rata minat siswa adalah 7,78 dengan ketuntasan klasikl 92%, hal ini menunjukkan secara umum siswa telah mencapai ketuntasan pada ranah afektif. Nilai rata-rata psikomotorik siswa adalah 7,74, hal ini menunjukkan secara umum siswa telah mencapai ketuntasan belajar pada segi psikomotoriik, dan ketuntasan klasikal yang dicapai 97,00%. Nilai rata-rata kognitif adalah 7,03, hal ini menunjukan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar pada segi kognitif, hal ini dikuatkan oleh hasil uji hipotesis ketuntasan belajar bahwa nilai t berada pada daerah penolakan Ho, dan ada peningkatan yang signifikan dari siklus II ke siklus III. Nilai ketuntasan klasikal yang dicapai 92,31%. Pengujian hipotesis ini sesuai dengan dengan perumusan [11].
Peningkatan minat dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan pada setiap siklusnya dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah ini :
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri didapatkan hasil penilaian minat belajar siswa terhadap sains fisika, pada pra siklus sampai siklus III ditunjukan pada Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa:
Pada siklus ketiga diperoleh nilai rata-rata hasil belajar dari tiap aspek (afektif, psikomotorik, dan kognitif). Nilai rata-rata minat siswa adalah 7,78 dengan ketuntasan klasikl 92%, hal ini menunjukkan secara umum siswa telah mencapai ketuntasan pada ranah afektif. Nilai rata-rata psikomotorik siswa adalah 7,74, hal ini menunjukkan secara umum siswa telah mencapai ketuntasan belajar pada segi psikomotoriik, dan ketuntasan klasikal yang dicapai 97,00%. Nilai rata-rata kognitif adalah 7,03, hal ini menunjukan bahwa siswa telah mencapai ketuntasan belajar pada segi kognitif, hal ini dikuatkan oleh hasil uji hipotesis ketuntasan belajar bahwa nilai t berada pada daerah penolakan Ho, dan ada peningkatan yang signifikan dari siklus II ke siklus III. Nilai ketuntasan klasikal yang dicapai 92,31%. Pengujian hipotesis ini sesuai dengan dengan perumusan [11].
Peningkatan minat dan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan pada setiap siklusnya dapat digambarkan dalam diagram batang di bawah ini :
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri didapatkan hasil penilaian minat belajar siswa terhadap sains fisika, pada pra siklus sampai siklus III ditunjukan pada Gambar 1 dapat dijelaskan bahwa:
![]() |
Grafik Peningkatan Nilai Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan |
1. Minat belajar siswa
Sebelum dilakukan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri keadan minat belajar siswa terhadap sains fisika masih tergolong kurang. Setelah dilakukan kegiatan laboratorium terjadi peningkatan minat yang signifikan dari nilai rata-rata 49,54 (kurang berminat) dengan ketuntasan klasikal 5,00%. Pada siklus I meningkat menjadi 64.03 (berminat) dengan ketuntasan klasikal 51,00 %. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 69.41 (sangat berminat) dengan ketuntasan klasikal 82%, dan pada siklus III meningkat menjadi 75.85 (sangat berminat) dengan ketuntasan 92,00% .
Hasil tersebut menggambarkan perubahan yang lebih baik, perubahan ini dikarenakan siswa semakin tertarik pada kegiatan laboratorium berbasis inkuiri. Keadaan suka cita inilah yang menjadikan siswa semakin berminat untuk belajar sains. Pikiran dan latar yang positif akan menimbulkan minat dan mengembangkan kualitas daya ingat. Hal ini dikuatkan dalam penelitian [2,9].
2. Kemampuan psikomotorik
Setelah dilakukan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri didapatkan peningkatan ketrampilan yang signifikan. Pada siklus I kemampuan psikomotorik siswa mencapai rata-rata 60.12 dengan ketuntasan klasikal 20%. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 60.86 dengan ketuntasan klasikal 64%, dan pada siklus III meningkat menjadi 70.74 dengan ketuntasan 95%, hasil tersebut menggambarkan adanya peningkatan yang signifikan.
Peningkatan psikomotorik siswa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karena kegiatan laboratorium berbasis inkuiri ini menimbulkan keaktifan siswa dalam mencari dan melakukan penyelidikan dengan petunjuk LKS dan alat-alat secara bersama-sama dengan siswa lain. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian [3,4].
3. Kemampuan kognitif siswa
Hasil penilaian menggambarkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi sains pokok bahasan alat optik terjadi peningkatan yang signifikan. Pada siklus I nilai kognitif siswa mencapai rata-rata 5,86 dengan ketuntasan klasikal 51,28%. Pada siklus II mencapai rata-rata 6,55 dengan ketuntasan klasikal 82,05%, dan pada siklus III mencapai rata-rata 7,03 dengan ketuntasan klasikal 92,31%. Sebelum penelitian ini dilakukan nilai rata-rata siswa mencapai 5,21 dengan ketuntasan 60%, dari hasil tersebut menggambarkan adanya perubahan kemampuan kognitif yang semakin tinggi.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar kognitif secara klasikal sebesar 32,3% antara siklus pertama hingga siklus terakhir menunjukan bahwa proses kegiatan laboratorium berbasis inkuiri memberi pengalaman dalam pencarian jawaban yang dapat diingat dalam jangka waktu lama, dan memberi pemahaman lebih baik pada siswa, hal serupa seperti pada [6,9]. Tercapainya ketuntasan ini berarti siswa telah mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.
KESIMPULAN
Implementasi kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi alat optik bagi siswa SMP Negeri
38 terlaksana dengan baik dengan hasil. Pertama aspek minat siswa merupakan hasil belajar ranah afektif terjadi peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya, namun baru mencapai ketuntasan kalsikal pada siklus ketiga. Kedua aspek ketrampilan siswa yang merupakan hasil belajar ranah psikomotorik terjadi peningkatan secara signifikan pada setiap siklusnya, namun baru mencapai ketuntasan klasikal pada siklus terakhir. Ketiga aspek pemahaman siswa, ranah kognitif dalam penelitian ini didpatkan peningkatan pada setiap siklus dan mencapai ketuntasan klasikal pada siklus kedua dan ketiga. Disimpulkan bahwa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat meningkatkan minat, ketrampilan, dan pemahaman siswa secara signifikan, dan memenuhi kritria ketuntasan klasikal (KKM) yang telah ditentukan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wahyudin,dkk . Keefektifan pembelajaran berbantuan multimedia Menggunakan metode inkuiri terbimbing untuk Meningkatkan minat dan pemahaman siswa . Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Unnes. 2010; vol 6; 58-62.
[2] Sutiadi A. Peningkatan minat belajar siswa tentang ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (ipba) melalui kegiatan layanan laboratorium. Jurnal IPM UPI. 2007; Vol 7 no.89
[3] Hidayat T,dkk. Pengembangan lks fisika berorientasi scientific investigation untuk meningkatkan kemampuan dalam interpretasi data dan analisis grafik materi elastisitas bagi siswa sma kelas xi semester 1. Journal of Chemical Education UNESA. 2016; Vol 5, no 1 .
[4] Anggraini DP,dkk. Analisis model pembelajaran Scientific inquiry Dan Kemampuan berpikir kreatif Terhadap Keterampilan proses sains siswa sma. Jurnal Pendidikan Fisika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2015; Vol.4.no 2; 47,54.
[5] Mu’ayadah,dkk. Efektivitas kegiatan laboratorium Berbasis inkuiri pada materi Sistem respirasi manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten REMBANG. Jurnal Unnes Journal Biology Education.2012; vol 1.no 1.
[6] Sulistana,dkk. Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Laboratorium Malang Kelas X. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran UNM, 2010; vol 17, no 1.
[7] Darsono M,dkk. Belajar dan Pembelajaran.2000; CV IKIP Semarang
[8] Putri FS, dkk. Penerapan Pembelajaran Guide d Discovery Berbasis Kegiatan Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X MAN Denanyar Jombang pada Materi Elastisitas. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 2014;Vol.03No.02;100-10.
[9] Kiswanto. Pen gembangan kompetensi dasar sikap ilmiah melalu kegiatan laboratorium berbas is inkuiri bagi siswa SMA kelas XI. Semarang. Sekripsi FMIPA Unnes. 2005; 50-58.
[10] Hidayat W. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Kegiatan Laboratorium pada Pokok Bahasan Koloid. Abstrak Thesis . 2005; (Online), http://www. agesyourfavourite.com/ppsupi/abstrakipa-2005.html, diakses tanggal 20 Maret 2007)
[11] Fikriyah M, dkk. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNIG) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER . Jurnal Pembelajaran Fisika. 2015: Vol 4 No2;181-186.
[12] Marchlewicz sc, et all. Using the Activity Model of Inquiry To Enhance General Chemistry Students’ Understanding of Nature of Science . J.Chem. Educ. 2011, 88 (8); 1041–1047
Hasil tersebut menggambarkan perubahan yang lebih baik, perubahan ini dikarenakan siswa semakin tertarik pada kegiatan laboratorium berbasis inkuiri. Keadaan suka cita inilah yang menjadikan siswa semakin berminat untuk belajar sains. Pikiran dan latar yang positif akan menimbulkan minat dan mengembangkan kualitas daya ingat. Hal ini dikuatkan dalam penelitian [2,9].
2. Kemampuan psikomotorik
Setelah dilakukan kegiatan laboratorium berbasis inkuiri didapatkan peningkatan ketrampilan yang signifikan. Pada siklus I kemampuan psikomotorik siswa mencapai rata-rata 60.12 dengan ketuntasan klasikal 20%. Pada siklus II meningkat lagi menjadi 60.86 dengan ketuntasan klasikal 64%, dan pada siklus III meningkat menjadi 70.74 dengan ketuntasan 95%, hasil tersebut menggambarkan adanya peningkatan yang signifikan.
Peningkatan psikomotorik siswa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karena kegiatan laboratorium berbasis inkuiri ini menimbulkan keaktifan siswa dalam mencari dan melakukan penyelidikan dengan petunjuk LKS dan alat-alat secara bersama-sama dengan siswa lain. Hal ini dikuatkan dengan hasil penelitian [3,4].
3. Kemampuan kognitif siswa
Hasil penilaian menggambarkan bahwa pemahaman siswa terhadap materi sains pokok bahasan alat optik terjadi peningkatan yang signifikan. Pada siklus I nilai kognitif siswa mencapai rata-rata 5,86 dengan ketuntasan klasikal 51,28%. Pada siklus II mencapai rata-rata 6,55 dengan ketuntasan klasikal 82,05%, dan pada siklus III mencapai rata-rata 7,03 dengan ketuntasan klasikal 92,31%. Sebelum penelitian ini dilakukan nilai rata-rata siswa mencapai 5,21 dengan ketuntasan 60%, dari hasil tersebut menggambarkan adanya perubahan kemampuan kognitif yang semakin tinggi.
Peningkatan ketuntasan hasil belajar kognitif secara klasikal sebesar 32,3% antara siklus pertama hingga siklus terakhir menunjukan bahwa proses kegiatan laboratorium berbasis inkuiri memberi pengalaman dalam pencarian jawaban yang dapat diingat dalam jangka waktu lama, dan memberi pemahaman lebih baik pada siswa, hal serupa seperti pada [6,9]. Tercapainya ketuntasan ini berarti siswa telah mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.
KESIMPULAN
Implementasi kegiatan laboratorium berbasis inkuiri pada materi alat optik bagi siswa SMP Negeri
38 terlaksana dengan baik dengan hasil. Pertama aspek minat siswa merupakan hasil belajar ranah afektif terjadi peningkatan yang signifikan pada setiap siklusnya, namun baru mencapai ketuntasan kalsikal pada siklus ketiga. Kedua aspek ketrampilan siswa yang merupakan hasil belajar ranah psikomotorik terjadi peningkatan secara signifikan pada setiap siklusnya, namun baru mencapai ketuntasan klasikal pada siklus terakhir. Ketiga aspek pemahaman siswa, ranah kognitif dalam penelitian ini didpatkan peningkatan pada setiap siklus dan mencapai ketuntasan klasikal pada siklus kedua dan ketiga. Disimpulkan bahwa kegiatan laboratorium berbasis inkuiri dapat meningkatkan minat, ketrampilan, dan pemahaman siswa secara signifikan, dan memenuhi kritria ketuntasan klasikal (KKM) yang telah ditentukan sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Wahyudin,dkk . Keefektifan pembelajaran berbantuan multimedia Menggunakan metode inkuiri terbimbing untuk Meningkatkan minat dan pemahaman siswa . Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Unnes. 2010; vol 6; 58-62.
[2] Sutiadi A. Peningkatan minat belajar siswa tentang ilmu pengetahuan bumi dan antariksa (ipba) melalui kegiatan layanan laboratorium. Jurnal IPM UPI. 2007; Vol 7 no.89
[3] Hidayat T,dkk. Pengembangan lks fisika berorientasi scientific investigation untuk meningkatkan kemampuan dalam interpretasi data dan analisis grafik materi elastisitas bagi siswa sma kelas xi semester 1. Journal of Chemical Education UNESA. 2016; Vol 5, no 1 .
[4] Anggraini DP,dkk. Analisis model pembelajaran Scientific inquiry Dan Kemampuan berpikir kreatif Terhadap Keterampilan proses sains siswa sma. Jurnal Pendidikan Fisika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2015; Vol.4.no 2; 47,54.
[5] Mu’ayadah,dkk. Efektivitas kegiatan laboratorium Berbasis inkuiri pada materi Sistem respirasi manusia di SMA Negeri 1 Lasem Kabupaten REMBANG. Jurnal Unnes Journal Biology Education.2012; vol 1.no 1.
[6] Sulistana,dkk. Penggunaan Metode Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Inkuiri Terbimbing dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Laboratorium Malang Kelas X. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran UNM, 2010; vol 17, no 1.
[7] Darsono M,dkk. Belajar dan Pembelajaran.2000; CV IKIP Semarang
[8] Putri FS, dkk. Penerapan Pembelajaran Guide d Discovery Berbasis Kegiatan Laboratorium untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X MAN Denanyar Jombang pada Materi Elastisitas. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika. 2014;Vol.03No.02;100-10.
[9] Kiswanto. Pen gembangan kompetensi dasar sikap ilmiah melalu kegiatan laboratorium berbas is inkuiri bagi siswa SMA kelas XI. Semarang. Sekripsi FMIPA Unnes. 2005; 50-58.
[10] Hidayat W. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Kegiatan Laboratorium pada Pokok Bahasan Koloid. Abstrak Thesis . 2005; (Online), http://www. agesyourfavourite.com/ppsupi/abstrakipa-2005.html, diakses tanggal 20 Maret 2007)
[11] Fikriyah M, dkk. MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK (PROJECT BASED LEARNIG) DISERTAI MEDIA AUDIO-VISUAL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMAN 4 JEMBER . Jurnal Pembelajaran Fisika. 2015: Vol 4 No2;181-186.
[12] Marchlewicz sc, et all. Using the Activity Model of Inquiry To Enhance General Chemistry Students’ Understanding of Nature of Science . J.Chem. Educ. 2011, 88 (8); 1041–1047
Komentar
Posting Komentar